Melaksanakan Puasa
merupakan sarana pembinaan bagi setiap muslim untuk membina dirinya, di mana
masing-masing individu mengerjakan amalan yang dapat memperbaiki jiwa,
meninggikan derajat, memotivasi untuk mendapatkan hal-hal yang terpuji dan
menjauhkan diri dari hal-hal yang merusak. Juga memperkuat kemauan, meluruskan
kehendak, memperbaiki fisik, menyembuhkan penyakit, serta mendekatkan seorang
hamba kepada Rabb-nya. Dengannya pula berbagai macam dosa dan kesalahan akan
diampuni, berbagai kebaikan akan semakin bertambah, dan kedudukan pun akan
semakin tinggi.
Allah Ta’ala telah
mewajibkan bagi kaum muslimin untuk menjalankan puasa sepanjang bulan Ramadhan,
bulan tersebut merupakan sayyidusy syuhuur (penghulu bulan-bulan lainnya),
padanya dimulai penurunan al-Qur-an. Bulan Ramadhan adalah bulan ketaatan,
pendekatan diri, kebajikan, kebaikan, sekaligus sebagai bulan pengampunan,
rahmat dan keridhaan. Padanya pula tedapat Lailatul Qadar yaitu malam yang
lebih baik dari seribu bulan. Mengenai keutamaan bulan ini dan puasa pada bulan
ini telah disebutkan dalam banyak hadits, dan yang dapat kami sebutkan di
antaranya:
1. Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Puasa itu adalah
perisai. Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka
janganlah dia berkata-kata kotor dan tidak juga berlaku bodoh. Jika ada orang
yang memerangi atau mencacinya, maka hendaklah dia mengatakan, ‘Sesungguhnya
aku sedang berpuasa’ (sebanyak dua kali). Demi Rabb yang jiwaku berada di
tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah Ta’ala
daripada aroma minyak kesturi, di mana dia meninggalkan makanan, minuman, dan
nafsu syahwatnya karena Aku (Allah). Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan
pahala karenanya dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.”
[1]
2. Hadits yang
diriwayatkan oleh Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Aku pernah
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kesalahan
seseorang terhadap keluarga, harta dan tetangganya akan dihapuskan oleh shalat,
puasa dan shadaqah.” [2]
3. Hadits yang
diriwayatkan dari Sahl Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallalahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya di
Surga itu terdapat satu pintu yang diberi nama ar-Rayyan. Dari pintu itu
orang-orang yang berpuasa akan masuk pada hari Kiamat kelak. Tidak ada seorang
pun yang masuk melalui pintu itu selain mereka. Ditanyakan, ‘Mana orang-orang
yang berpuasa?’ Lalu mereka pun berdiri. Tidak ada seorang pun yang masuk
melalui pintu itu selain mereka. Jika mereka sudah masuk, maka pintu itu akan
ditutup sehingga tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu
tersebut.”[3]
4. Hadits yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika Ramadhan
tiba, maka pintu-pintu Surga dibuka.” [4]
5. Hadits yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘aliahi wa sallam bersabda:
“Jika bulan
Ramadhan telah masuk, maka pintu-pintu langit akan dibuka dan pintu-pintu
Jahannam akan ditutup dan syaitan-syaitan pun dibelenggu.” [5]
6. Hadits yang juga
diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa bangun pada malam Lailatul Qadar
dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan diberikan ampunan
kepadanya atas dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan
penuh keimanan dan mengharapkan pahala maka akan diberikan ampunan kepadanya
atas dosanya yang telah lalu.” [6]
BEBERAPA RAHASIA PUASA
Puasa merupakan sarana paling tangguh untuk membantu memerangi hawa nafsu serta menekan nafsu syahwat sekaligus sebagai sarana pensucian jiwa dan pemberhentiannya pada batas-batas Allah Ta’ala, di mana dia akan menahan lisannya dari berbicara sia-sia, mencela, serta menyerang kehormatan orang lain, berusaha menyebar ghibah (menceritakan kejelekan atau aib orang) dan namimah (mengadu domba) ke tengah-tengah mereka, puasa juga dapat menundukkan tipu daya, pengkhianatan, kecurangan, muslihat, serta mencegah upaya melakukan perbuatan keji, memakan riba, menyuap dan memakan harta manusia dengan cara yang bathil serta berbagai macam penipuan. Selain itu, puasa juga mendorong seorang muslim untuk sesegera mungkin mengerjakan perbuatan baik, baik itu shalat maupun zakat dengan cara yang benar serta menyalurkan kepada pihak-pihak yang telah ditentukan oleh syari’at. Dia juga akan berusaha mengeluarkan shadaqah serta melakukan hal-hal yang bermanfaat, berkeinginan keras untuk memperoleh rizki yang halal dan menghindarkan diri dari perbuatan dosa dan keji. [7]
BEBERAPA RAHASIA PUASA
Puasa merupakan sarana paling tangguh untuk membantu memerangi hawa nafsu serta menekan nafsu syahwat sekaligus sebagai sarana pensucian jiwa dan pemberhentiannya pada batas-batas Allah Ta’ala, di mana dia akan menahan lisannya dari berbicara sia-sia, mencela, serta menyerang kehormatan orang lain, berusaha menyebar ghibah (menceritakan kejelekan atau aib orang) dan namimah (mengadu domba) ke tengah-tengah mereka, puasa juga dapat menundukkan tipu daya, pengkhianatan, kecurangan, muslihat, serta mencegah upaya melakukan perbuatan keji, memakan riba, menyuap dan memakan harta manusia dengan cara yang bathil serta berbagai macam penipuan. Selain itu, puasa juga mendorong seorang muslim untuk sesegera mungkin mengerjakan perbuatan baik, baik itu shalat maupun zakat dengan cara yang benar serta menyalurkan kepada pihak-pihak yang telah ditentukan oleh syari’at. Dia juga akan berusaha mengeluarkan shadaqah serta melakukan hal-hal yang bermanfaat, berkeinginan keras untuk memperoleh rizki yang halal dan menghindarkan diri dari perbuatan dosa dan keji. [7]
Dengan demikian, di
dalam puasa itu terkandung banyak keutamaan yang sangat agung. Selain itu juga
memiliki berbagai rahasia besar yang sebagian di antaranya telah diketahui oleh
banyak orang, sedang sebagian lainnya tidak diketahui.
Dan di antara
rahasia dan manfaat puasa yang paling tampak jelas adalah sebagai berikut: [8]
PUASA MEMBENTUK
AKHLAK MULIA
Puasa merupakan
tempat penggemblengan diri bagi orang yang menjalankannya untuk membentuk
akhlak mulia, akhlak ketakwaan, kebajikan, kebaikan, kepedulian,
tolong-menolong, kasih sayang, kecintaan, kesabaran, dan akhlak mulia lainnya
yang dibangun oleh puasa pada diri orang yang menjalankannya.
Puasa dapat
membentuk muraqabah (rasa selalu berada dalam pengawasan Allah) bagi pelakunya.
Bagi dirinya ada satu penjaga umum yang selalu mengawasi dirinya agar tidak ada
sesuatu pun yang bersumber dari dirinya yang bertentangan dengan syari’at.
Dialah yang membinanya dari dalam sehingga darinya muncul amal-amal lahiriah
yang tunduk pada pengawasan ini.
Pernahkah engkau melihat orang yang berpuasa dengan penuh kejujuran dan kesungguhan kepada Rabb-nya melakukan kebohongan kepada orang lain? Pernahkah engkau melihatnya secara tulus ikhlas menjalankan puasanya dan kemudian melakukan kemunafikan di masyarakat? Sesungguhnya keikhlasan itu merupakan satu bagian utuh yang tidak mungkin dipisah-pisahkan, di mana puncaknya adalah ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, barangsiapa yang tulus ikhlas karena Allah Subahanhu wa Ta’ala, maka sangat mustahil baginya untuk melakukan penipuan, kecurangan atau berkhianat. Oleh karena itu, puasa merupakan salah satu faktor dasar sekaligus pendalaman akhlak, pembangunan sekaligus pembentukannya untuk mengambil satu sifat amaliyah (perbuatan) yang semuanya berkumpul pada buahnya yang cukup jelas yang telah diingatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kitab-Nya: “Agar kalian bertakwa.”
Pernahkah engkau melihat orang yang berpuasa dengan penuh kejujuran dan kesungguhan kepada Rabb-nya melakukan kebohongan kepada orang lain? Pernahkah engkau melihatnya secara tulus ikhlas menjalankan puasanya dan kemudian melakukan kemunafikan di masyarakat? Sesungguhnya keikhlasan itu merupakan satu bagian utuh yang tidak mungkin dipisah-pisahkan, di mana puncaknya adalah ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, barangsiapa yang tulus ikhlas karena Allah Subahanhu wa Ta’ala, maka sangat mustahil baginya untuk melakukan penipuan, kecurangan atau berkhianat. Oleh karena itu, puasa merupakan salah satu faktor dasar sekaligus pendalaman akhlak, pembangunan sekaligus pembentukannya untuk mengambil satu sifat amaliyah (perbuatan) yang semuanya berkumpul pada buahnya yang cukup jelas yang telah diingatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kitab-Nya: “Agar kalian bertakwa.”
Ibnul Qayyim
rahimahullah mengatakan, “Puasa memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam
menjaga anggota tubuh yang bersifat lahiriah dan juga kekuatan bathin serta
melindunginya dari faktor-faktor pencemaran yang merusak. Jika faktor-faktor
pencemaran tersebut telah menguasai dirinya, maka ia akan rusak.
Dengan demikian,
puasa akan menjaga kejernihan hati dan kesehatan anggota badan sekaligus akan
mengembalikan segala sesuatu yang telah berhasil dirampas oleh nafsu syahwat.
Puasa merupakan pembantu yang paling besar dalam merealisasikan ketakwaan…”[11]
PUASA MEWUJUDKAN
KETENANGAN JIWA
Pergolakan akan
berlangsung terus-menerus antara jiwa yang menyuruh berbuat kejahatan dengan
jiwa yang menyuruh berbuat kebaikan. Setiap kemaksiatan yang dilakukan oleh
seorang muslim adalah akibat dari penguasaan jiwa yang memerintahkan berbuat
kejahatan. Sedangkan setiap upaya pendekatan kepada Allah yang dilakukan oleh
seorang muslim adalah senjata kuat yang digunakan oleh jiwa yang memerintahkan
berbuat kebaikan.
Oleh karena itu,
puasa akan membangun kekuasaan jiwa, menguatkan serta meneguhkannya untuk
melaksanakan risalahnya dan memfungsikan perannya dalam menjaga kedamaian dan
ketenangan dalam diri seseorang. Peranan penting dari kekuasaan jiwa itu adalah
pengarahan melalui kecaman dan teguran yang keras setiap kali gangguan jiwa
berupaya untuk mengajak kepada kejahatan, memperdayanya atau menjebaknya agar
tunduk kepadanya. Demikianlah, berbagai pertempuran bersembunyi di dalam jiwa
dan berbagai kekuatan kebaikan akan menang, yang selanjutnya kedamaian dan rasa
aman akan menyelimut dalam jiwa, kemudian beralih ke seluruh anggota badan
sehingga bagian yang lain pun menikmati rasa aman dan ketenangan. Akhirnya
semua kebaikan terealisasi bagi setiap muslim yang menjalankan puasa.
PUASA MERUPAKAN
SALAH SATU WUJUD DARI KESATUAN UMAT ISLAM
Puasa merupakan
satu penampakan praktis dari berbagai penampakan kesatuan kaum muslimin,
kesetaraan antara si kaya dan si miskin, penguasa dan rakyat, orang tua dan
anak kecil, serta laki-laki dan perempuan. Mereka berpuasa untuk Rabb mereka,
seraya memohon ampunan-Nya dengan menahan diri dari makan pada satu waktu dan
berbuka dalam satu waktu juga. Mereka sama-sama mengalami rasa lapar dan berada
dalam pelarangan yang sama di siang hari, sebagaimana mereka mempunyai
kedudukan yang sama dalam mengibarkan syi’ar-syi’ar lain yang berkenaan dengan
puasa.
Dengan demikian,
puasa merealisasikan semacam kesatuan tujuan, rasa, nurani, dan tempat kembali
di masyarakat yang berpuasa.
Secara keseluruhan,
umat Islam berdiri dalam satu barisan pada satu musim tertentu setiap tahun dan
dalam beberapa hari tertentu di antara seluruh umat manusia ini. Ia merupakan
barisan penghubung antara bangsa-bangsa yang kuat, antara komponen dari umat
Islam secara keseluruhan, meskipun tempat tinggal mereka berjauhan dan berada
dalam satu ikatan yang ditempatkan di hadapan satu pengalaman, yang memiliki
satu pengaruh dan dalam satu penampakan kebersamaan.
Dengan demikian,
hati dan perasaan mereka akan menjadi semakin erat dan akrab sehingga menjadi
satu hati yang mengarah kepada kehidupan dengan satu pandangan.
Inilah satu teladan
yang baik bagi persatuan antara berbagai masyarakat dari umat ini, bahkan
sebagai teladan yang ideal bagi setiap kesatuan dalam kehidupan ini. Sebab, ia
merupakan kesatuan yang bersumber dari nurani dan menciptakan masa depan serta
tempat kembali dan membangkitkan berbagai kemuliaan dari dalam diri yang nampak
secara lahiriahnya, sehingga terwujudnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Sesungguhnya
(agama tauhid) ini adalah agama kalian semua, agama yang satu dan Aku adalah
Rabb kalian, maka bertakwalah kepada-Ku.” [Al-Mu'minun: 52]
Kesatuan yang
diwujudkan oleh puasa ini merupakan kesatuan permulaan, karena ia merupakan
buah dari ibadah yang sungguh-sungguh.
Kesatuan nurani,
karena ia bersumber dari amal perbuatan perasaan yang didasarkan pada
perencanaan jiwa kemanusiaan.
Kesatuan tempat
kembali, karena ia menggiring umat ini secara keseluruhan kepada satu tempat
kembali yang berakhir padanya dan berdiam di sana, yaitu takwa yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikannya sebagai buah dari puasa.
Kesatuan rasa,
karena ia menyatukan rasa dan perasaan umat pada satu tujuan dan menempatkannya
pada satu jalan.
Kesatuan aqidah,
karena ia bersumber dari keimanan dan keyakinan dan bertengger di udara takwa
dan ibadah. [12]
Dalam penampilannya
yang cukup mengesankan, kesatuan ini memberikan gambaran yang benar mengenai
kesatuan besar yang menyamaratakan semua anggota umat meskipun terdapat
perbedaan jenis, warna kulit, dan kebangsaan. Jika engkau ingin membuktikan hal
tersebut, silakan arahkan pandanganmu pada saat berbuka di negara yang aman, di
Baitullah, untuk menyaksikan ratusan ribu orang yang berbuka bersama dalam satu
waktu. Pernahkah engkau menyaksikan tampilan kesatuan yang lebih jelas dari
ini? Pada hakikatnya, yang buta itu bukanlah pandangan mata, tetapi hati yang
ada di dalam dada.
PUASA MEMILIKI
PENGARUH BESAR BAGI KESEHATAN SECARA UMUM
Sesungguhnya pada
puasa itu terkandung kesehatan yang besar dengan semua maknanya, baik kesehatan
badan, perasaan, maupun rohani.
Dengan demikian,
puasa dapat memperbaharui kehidupan seseorang dengan diperbaharuinya sel-sel
dan dibuangnya sel-sel yang sudah tua dan mati serta diistirahatkannya perut
dan organ pencernaan. Puasa juga dapat memberikan perlindungan terhadap tubuh,
membersihkan perut dari sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna dan juga
dari kelembaban yang ditinggalkan oleh makanan dan minuman.
Banyak para dokter
menyebutkan berbagai manfaat puasa, di antaranya bahwa puasa dapat
mempertahankan kelembaban insidentil sekaligus membersihkan pencernaan dari
racun yang ditimbulkan oleh makanan yang tidak sehat, dan mengurangi lemak di
perut yang sangat berbahaya bagi jantung, yang ia sama seperti pengasingan kuda
yang akan dapat menambah kekuatannya untuk bergerak dan lari.
Sedangkan kesehatan
rohani yang ditimbulkan oleh puasa adalah berupa bimbingan yang diberikan
kepada orang-orang yang berpuasa karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengetahui
tujuan dari penciptaan mereka, mempersiapkan mereka untuk mengambil semua
sarana takwa yang akan melindunginya dari kehinaan, kerendahan, dan kerugian di
dunia dan akhirat. Pada akhirnya hati mereka menjadi selamat dari penyakit
syubhat dan penyakit syahwat yang telah menimpa banyak orang.
Syaikh Abdul Aziz
bin Baaz telah mengatakan, “Pada puasa itu terdapat banyak manfaat dan hikmah
yang besar, di antaranya adalah pembersihan, penggemblengan dan pensucian jiwa
dari akhlak tercela dan sifat-sifat buruk, seperti tamak, rakus dan kikir,
untuk kemudian dibiasakan dengan akhlak mulia seperti sabar, santun, dermawan,
murah hati, dan pengerahan jiwa untuk mengerjakan segala hal yang diridhai
Allah dan dapat mendekatkan diri kepada-Nya.
Manfaat puasa
lainnya adalah membuat seorang hamba dapat memahami dirinya sendiri dan juga
kebutuhannya, kelemahan dan kebutuhan dirinya akan Rabb-nya, juga mengingatkan
diri akan keagungan nikmat Allah yang diberikan kepadanya, dan mengingatkan
akan kebutuhan saudara-saudaranya yang hidup miskin, sehingga mengharuskan
dirinya untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus memohon
pertolongan agar dilimpahkan berbagai kenikmatan untuk selalu mentaati-Nya
serta mengasihi saudara-saudaranya yang hidup miskin sekaligus dapat berbuat
baik kepada mereka.
Selain itu, manfaat
puasa juga dapat membersihkan tubuh dari pencemaran yang buruk dan memberikan
kesehatan serta kekuatan. Hal tersebut telah diakui oleh banyak dokter. Bahkan
mereka telah banyak mengobati pasien mereka dengan menggunakan puasa ini.” [13]
http://rumahmadina.com/blog-artikel-islam/beberapa-keutamaan-puasa-dan-rahasia-rahasianya/
0 komentar:
Posting Komentar