Memahami
teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif
serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya
tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang
pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :
Ø Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah
tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri.
Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan
bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal
dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh
dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental,
dan kepribadian.
Keith Devis
merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, antara lain :
§ Kecerdasan
Berdasarkan
hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang
lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
§ Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di
dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal,
seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini
membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian
yang diyakini kebenarannya.
§ Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang
pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
§ Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya
pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya
Ø Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal.
§ Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin
yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam
hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
§ Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang
memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat
instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan
hasil yang akan dicapai.
Jadi,
berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula.
Ø Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.
Ø Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan
seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan
perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Ø Teori Kelompok
Agar tujuan
kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya
berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan
tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni
pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat,
keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan
bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi
orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar
motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara
beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana
perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan.
Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward
(baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan
yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau
punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua
ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi
menimbulkan kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih
terdapat gaya lainnya.
ü Otokratis
Kepemimpinan
seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan
dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan
kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
ü Partisipasif
Lebih banyak
mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil
tidak bersifat sepihak.
ü Demokrasi
Ditandai adanya
suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan
keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis
cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat
mengarahkan diri sendiri.
ü Kendali Bebas
Pemimpin
memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan
tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari
orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu
gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan
orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi
dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan
gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi
tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap
membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang
positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan
pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga
gaya kepemimpinan diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan
bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana
pemimpin bekerja.dengan teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa
keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai dengan 3
variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel
itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member
rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader
position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan
(akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar
diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga
menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
Model
kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari
Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin
dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan
tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini
amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja
pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai
kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki
pemimpin.
Menurut Hersey
dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing gaya
kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa
setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit
untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi
yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya
yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya
dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara
seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu
bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
·
Directing
Gaya tepat
apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki
pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda
berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan
apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi
over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan
dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di
lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
·
Coaching
Pemimpin tidak
hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan
mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan
juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita
telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini
kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya,
dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan
mereka.
·
Supporting
Sebuah gaya
dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan
tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan.
Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang
dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam
hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih
melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran –
saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
·
Delegating
Sebuah gaya
dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada
bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah
paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka
menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya
ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari
lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya.
Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”.
Situational leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus
menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah –
tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku
staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi,
penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan
keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana telah
disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat
mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga
kemampuan khusus yakni :
v Kemampuan analitis (analytical
skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan
dalam melaksanakan tugas.
v Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu
kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan
analisa terhadap situasi.
v Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk
menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita
terapkan.
Ketiga
kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang
pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran
interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta peran
pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Peran pertama meliputi :
ü Peran Figurehead ® Sebagai simbol dari organisasi
ü Leader® Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
ü Liaison ® Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan
organisasi.
Sedangkan peran kedua terdiri
dari 3 peran juga yakni :
ü Monitior ® Memimpin rapat dengan bawahan,
mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
ü Disseminator ® Menyampaikan informasi, nilai –
nilai baru dan fakta kepada bawahan.
ü Spokeman ® Juru bicara atau memberikan
informasi kepada orang – orang di luar organisasinya.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran
yaitu :
ü Enterpreneur ® Mendesain perubahan dan
pengembangan dalam organisasi.
ü Disturbance Handler ® Mampu mengatasi masalah terutama
ketika organisasi sedang dalam keadaan menurun.
ü Resources Allocator ® Mengawasi alokasi sumber daya
manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas
– tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan.
ü Negotiator ® Melakukan perundingan dan tawar
– menawar.
Dalam perspektif yang lebih
sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam peran pemimpin yang
disebut dengan 3A, yakni :
ü Alighting ® Menyalakan semangat pekerja
dengan tujuan individunya.
ü Aligning ® Menggabungkan tujuan individu
dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang menuju ke arah yang sama.
ü Allowing ® Memberikan keleluasaan kepada
pekerja untuk menantang dan mengubah cara kerja mereka.
Jika saja
Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin,
pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik,
cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita
tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat
pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah
kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya,
tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang
baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa
mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan
bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun
umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak
diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri
adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
Referensi : http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/
- Aulia Hasanah -
Diposting oleh
Depadsospol KEMAKOM 2013-2014
di
08.34
Pemimpin
adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap dan gaya yang
baik untuk mengurus atau mengatur orang lain serta memiliki rasa tanggung jawab
dan bijaksana. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan
memotivasi orang lain agar bisa melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Untuk
menjadi pemimpin itu bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi
banyak factor.
Pemimpin
yang berhasil itu hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada
sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, misalnya itu kepribadiannya,
keterampilannya, bakat, sifat-sifat dan sikapnya, kebijaksanaan, tanggung
jawabnya atau kewenangan yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh
terhadap teori maupun gaya kempimpinan yang akan diterapkan.
Kepemimpinan
itu mempunyai teori yang harus dipahami karena teori kepemimpian itu sangat
besar, artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi
telah dapat dilakasanakn secara efektif serta kepada produktifitas organisasi
secara keseluruhan.
Seorang
pemimpin harus mengerti 5 teori kepemimpinan, supaya nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi, diantaranya:
1. Teori
kepemimpinan, artinya bahwa pemimpin itu
dilahirkan bukan diciptakan serta sifat-sifat kepemimpinan tidak
seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan
pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain :
·
Sifat fisik
·
Mental
·
Kepribadian
2. Teori
kepemimpinan perilaku dan situasi
Dalam
teori ini, seorang pemimpin yang baik itu adalah mengatahui bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang
tinggi pula.
3. Teori
kepemimpinan situasi
Kewibawaan
merupakan factor penting dalam kehidupan kepemimpinan.
4. Teori
kepemimpinan
Seroang
pemimpin harus merupakan pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibal,
sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5. Teori
kelompok
Harus
ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya agar tujuan
kelompok (organisasi) yang dilaksanakan bisa dapat tercapai.
Seorang
pemimpin juga memiliki tipe-tpe kepemimpinan. Yang dimaksud dengan tipe
kepemimpinan yaitu gaya kpemimpinan yang dibawakan oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi para pengikutnya. Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi gaya
seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya, yaitu :
·
Faktor pendidikan
·
Faktor pengalaman
·
Faktor usia
·
Faktor karakter
Tipe-tipe
dari seorang pemimpin, yaitu :
1. Tipe
Otokratis
Maksud tipe ini adalah kepemimpinan
yang mendasarkan kepada suatu kekuasaan, kekuatan yang melekat pada dirinya.
Hal ini berarti seseorang menjadi
pemimpin karena mempunyai kekuatan atau kekuasaan (power).
2. Tipe
Laisser Faire
Salah satu cirri dari tipe laisser
faire ini adalah memberikan kebebasan sepenuhnya kepada para bawahan untuk
melakukan tindakan yang dianggap perlu sebagai dengan bidang tugas
masing-masing.
3. Tipe
Paternalistik
Cirri tipe dari tipe paternalistik
ini adalah selalu memberikan perlindungan kepada para bawahan yang kadang-kadang
terlalu berlebihan.
4. Tipe
Militeristis
Maksudnya, dalam menggerakkan
bawahan lebih banyak menggunakan sistem komandi/perintah, baik perintah itu
secara lisan maupun secara tertulis.
5. Tipe
Demokratis
Ciri dari tipe militeristis, yaitu
dalam mengambil keputusan lebih mengutamakan musyawarah untuk mufakat, daripada
keputusan yang bersifat sepihak. Maksudnya adalah, apabila musyawarah untuk
mufakat tidak berhasil maka ditempuh dengan jalan lain yang sesuai dengan alam
demokratis.
6. Tipe
Open Leadership
Pemimpin memang memberikan kesempatan
kepada para bawahan untuk memberikan saran tetapi keputusan tetap ada ditangan
pimpinan.
Metode
Kepemimpinan
Seorang
pemimpin tidak cukup jika hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga
harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang
efektif. Ada 3 hal penting dalam metode kepemimpinan, yaitu :
1. Kepemimpinan
yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.
2. Pemimpin
focus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi.
3. Pemimpin
sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi.
- Cahya Ramdhani -
10 ARTIKEL MOKA-KU UPI 2013 TERBAIK MENURUT SANGKAR KEMAKOM
Read more >>
- MOKA – KU UPI 2013 “Pendidikan untuk Merangkai Indonesia” (- Tyas Farrah Dhiba -)
- MOKA-KU UPI 2013 (- Tantri Sri Hardianti - )
- MOKA-KU UPI 2013, Orientasi bukan Perpeloncoan (- Nurridayanti P - )
- MOKA KU UPI 2013 (- Irvan Ramadhan Saputra - )
- Serunya MOKAKU di Universitas Pendidikan Indonesia ( - Indri Apriyani -)
- MOKA-KU UPI 2013 (- Fiqri Muhammad Fauzi -)
- MOKA-KU 2013 (- Brahma Putra -)
- MOKA-KU UPI 2013 “Pendidikan untuk Merangkai Indonesia” (- Astri Artiningsih - )
- Seluk-beluk MOKA-KU UPI 2013 (- Arief Perdiansyah -)
- ARTIKEL SEPUTAR MOKA-KU 2013 (- Rinaldi Ardiansyah -)
Langganan:
Postingan (Atom)